MAAF, KALI INI AKU TIDAK BISA MENGANGGAPMU BIASA BIASA SAJA

--------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------


Pernahkah sedikit kamu berfikir bagaimana cara semesta mempertemukan dua manusia 

tidak saling bertegur sapa, tanpa bertemu sebelumnya dan berbeda latar belakang 

kehidupannya.



Hingga suatu waktu separti angin yang datang tanpa permisi dan tanpa kusadari kita 

bertemu tuk pertama kali. Dengan tempat dan waktu yang telah kulupa hingga saat ini.


Hari berganti dan akhir tahun selalu ada tiada henti. 

Dengan silih berganti pertemuan itu berkembang 

menjadi obrolan tanpa titik.


Heran adalah kata yang tepat untuk melukiskan 

bagaimana bisa akhirnya kita sefrekuensi entah tentang 

minat bahkan secangkir kopi hangat


Kukira kumenemukan teman yang tepat di waktu yang 

tak terduga



Tapi atmosfer itu berubah disaat ada sesuatu yang lebih....

Lebih terhadap sederhananya rasa untuk selalu ingin bertemu kembali.

Dan diwaktu yang tak tepat pula aku kecewa. Kecewa terhadap ketidakpastian diri sendiri.

Kukira aku telah bermetafosa secara sempurna. Tapi ternyata tidak, dia jauh lebih istimewa 

dari segalanya


Pikiranku selalu optimis tentang perbadingan. Tapi selalu dipatahkan pesimis saat kamu 

berlari kencang ke bayangannya

    Lantas bagaimana aku harus bertindak ?

Sampai mimpi menjadi jawabannya

Bahwa kamu hanya bunga dalam dunia bawah sadarku.

Komentar

Anonim mengatakan…
for the feeling that once was, is still felt. until now even though you never tried to ask.

dan saya adalah yg lainnya bukan juga yang seperti dibawah. kita berbeda, iya berbeda orang untuk sebuah jawaban yg berbeda. apakah bisa memecahkan pernyataan ini?
Venusane mengatakan…
Untuk kamu. Dan siapapun kamu. Rasakan itu baik baik. Buat dirimu yakin untuk berterus terang. Karena menurutku, satu rasa itu datang dg keyakinan dan kecemasan dalam satu hela nafas. Jika kamu masih menunggunya hingga hari esok, pastikan itu rasa yg sama.
Anonim mengatakan…
Akan kucoba pecahkan pernyataan ini. Entah ini rasa atau hanya semata? Tapi menatapmu aku masih ragu, ragu akan kehancuran diriku. Kini kau bagai abu, hilang bagai kalbu.
Anonim mengatakan…
Semoga saja bukan dirimu, akan ku coba lagi. Entah kapan lagi? Mungkin tidak akan lagi(?)