ANYE

 

Pelampau Batas Kesopanan Teman

 

Dia adalah Anye, gadis pinggiran yang mencoba peruntungan dikota besar. Sebuah kota yang didamba-dambakannya jauh didalam hati. Tahun lampau pernah sekali ia kesana dengan menyisahkan kenangan yang amat luar biasa. Setiap tinkungannya menyisihkan cerita yang dipeluknya erat erat, tersisa beberapa cerita tentang budaya dan keanekaragaman penghuninya yang ia ceritakan dengan lantang kepada para pencari informasi.

Hingga kesekian kalinya ia menjajaki seluruh raganya kembali ke kota itu. Menaiki kendaraan balok beroda empat antar provinsi ‘tuk pertama kali  dengan membawa segala drama didalamnya. Kesasar dan penuh perdebatan. Meskipun begitu, ia tampak senang, bisa melihat kembali kedamaian langit kota itu. Hingga tak sadar penjemputnya pun datang, namanya Dante. Seseorang yang ia kenal lebih dari 4,5 tahun lamanya, seseorang itu ia sebut sebagai sahabat.

Dibawanya berkeliling sejenak, entah mencari sesuap nasi makan malam atau sekedar memesan secangkir lemon hangat untuk perut yang sedari tadi berhadapan dengan pendingin ruangan. Meskipun tidak semewah restoran berbintang, tetapi rasa yang diberikan amat sangatlah membuat nikmat. Dan disitulah Anye memberikan senyumannya lagi untuk kota itu. Dante hanya bisa memandang dengan menawarkan minuman yang barusan dipersilahkan tuan pemilik.

“Kamu tahu aku bahagia, Dante ?” Tanya Anye

“Terlihat dari raut itu, Anye. Cepat habiskan dan bergegas ke penginapan” Sahut Dante


1 jam berlalu….


“Ini tempat yang menakjubkan untuk tidur 1 malam. Tapi sangat menakutkan jika aku hanya seorang diri.” Terang Anye yang secara spontan setengah memuji dan setengah mengkhawatirkan mimpi buruknya diruang asing yang bukan ranjangnya.

“Seperti biasa, bukan. Kutemani sampai terlelap dalam mimpi indahmu.” Sahut Dante tanpa ragu.

 

Anye berganti pakaian dan menyisir rambut panjangnya sebelum beranjak. Hanya saja, ia mengawali malam itu dengan sedikit obrolan dan berlanjut kepembahasan serius bersama Dante. Cengkrama setengah santai itu didominasi oleh kisah masa lalu dan saat ini.  Pertanyaan satu dijawab dengan seribu penjelasan dan bergilir kepertanyaan lainnya, terus menerus tanpa tak sadar waktu telah dini hari.

Tetapi memulai untuk terlelap dalam malam sangatlah sulit. Saat itu hati mereka merasa obrolan ini sangat menarik. Hingga suasana berubah begitu, nyaman, menyentuh, dan terdapat warna keromantisan. Meskipun sepanjang malam hanya sekedar bercengkrama tanpa titik koma diiringi relaksasi musik yang begitu lirihnya.

Tersadar namun pasti, perlahan lantunan suara keduanya mulai terdengar lirih…letih…. lirih…. letih… lirih…. letih… lirih… dan senyap. Berakhir pada suara akhir lagu yang tiba tiba mati karena tersudut baterai kosong. Yang terdengar hanya hembusan nafas dari kedua orang dalam ruangan itu secara bergantian. Terselip kehangatan yang belum pernah dirasakan keduanya, diikuti dengan degupan jantung yang singgah riuh ditelinga Anye. Tak ada yang peduli malam itu, semua mata saling bekerjasama terpejam untuk membentuk mimpinya masing-masing. Hingga keduanya tersontak saat alarm telepon menyala menandakan matahari sudah mulai menyapa. Anye dan Dante bergantian membuka mata dan saling bertatapan senyum pagi satu sama lain.

“Cantikmu menyilaukan mataku, Anye sahabatku” Sambutan Dante.

“Itu menandakan betapa tenggelamnya kamu dalam balutan mimpi indahku semalam, Dante. Maaf jika batas kesopanan ku sebagai teman telah terlampau jauh. Tapi aku terlena dengan sukanya” Bisik Anye ke telinga Dante yang hanya berjarak 5 cm dari matanya.

 

Komentar

Anonim mengatakan…
Sejak kepergianmu, aku tak tau harus menemukanmu dimana.
Venusane mengatakan…
🕊
Anonim mengatakan…
jika diharuskan memilih, kamu ingin mencintai atau dicintai?