Kini malam terlalu suram bila harus berbagi kisah. Kantuk yang pernah tertahan untuk sejenak memperhatikan wajah dan suara ini. Secara perlahan dibunuh waktu mata mulai menunujukkan ketidaksetiaannya. Remuk dalam serabut halus pada setiap katup yang menandai kesempatan telah usai. Berdetak dalam detik. Beradu dalam pekik.
Kesedihan itu terlarut dengan kehangatan bahu yang telah ku siapkan sedari tadi. Dalam hati sedang bergurau pada jiwa dan pikiran bahwa tidak masalah bahkan selamanya berbagi kisah sedih bersamanya namun jika hanya untuk sementara bersandar, maka aku adalah ampas yang kau sepah dengan tidak hormat. Karena kesedihamu terus berlanjut, menghela napas panjang menyadari hal-hal yang tidak pernah kekal maka musnahlah sudah perasaan tadi. Hanya satu alasanku saat ini yaitu menjadi goresan warna warni di pelangimu esok hari.
Malam ini menjadi gemelut pelajaran tentang dilema perasaan. Kita sering memaknai keadaan tanpa mau lebih dulu menjelajah sudut pandang manusia lain. Tidak pernah benar-benar tahu serusak apa jiwanya dan segiat apa pengorbanan atau usahanya dalam mendapatkan hidup yang diidamkan tanpa mengemban luka. Bahagia selamanya.
Bukankah sedari lahir manusia itu berbeda dan itu yang membuat kita bersama ?
Selamat siang, malam !
Raga didarat namun hati tenggelam.
Komentar